Khutbah Jum’at: Aku dan kesombongan. ini adalah khutbah karangan KH. Moh. Sahli Mahmud yang kami terbitkan perdana pada website kami. Khutbah ini insya Allah akan rutin kami terbitkan setiap hari kamis dalam setiap minggunya.
Kunjungi Kami: Al Mu’minien Lohbener
Khutbah Jum’at: Aku dan kesombongan.
Khutbah Pertama
الحَمْدُ لِلهِ لَّذِي بَعَثَ اِلَينَارَسُوْلاً هَادِيًااِلَى دِيْنِهِ القَوِيْمِ. وَجَاهَدَ حَقَّ جِهَادِهِ اِبْتِغَاءَ مَرْضَاةِ رَبِّ الرَّحِيْمِ. أشَهَدُ أَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ المَلِكُ الحَقُّ المُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَبْعُوْثُ اِلَى عَآمَّةِ المَخْلُوْقِيْنَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدِ نِ النَّبِيِّ الكَرِيْمِ. وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدَّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَاالحَاضِرُوْنَ يَرْحَمُكٌمُ اللهُ ,أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ نَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ.
فَقَال الله تَعَالَى : يَاأَيُّهَاالذِيْنَ آمَنُوْا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَأَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِاللهِ, وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِك فَأُولَئِكَ هُمُ الخَاسِرُوْنَ ( المنافقون-9)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Lewat mimbar jum’at yang terhormat ini, dihari yang suci ini, ketika kita duduk khusyu’ menghadapkan hati kehadirat Ilahi, sejenak kita bertafakkur memantapkan diri, mengikrarkan diri menjadi hamba pilihan Ilahi dengan meningkatkan iman, Islam dan pengabdian kepada Dzat Yang Maha Tinggi, untuk meraih nilai-nilai ketaqwaan sejati, untuk menggapai kehidupan bahagia dan sejahtera dunia akhirat dibawah naungan ridho Ilahi Robbi.
اِلهِي أَنْتَ مَقْصُوْدِي وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي أَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ
Tuhanku, Engkau tujuanku, Engkau harapanku, dan anugerahkan kecintaanmu kepadaku.
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Dalam kitab Al Hikam, Syekh Ahmad bin Muhammad Athoillah As Sakandari menyampaikan :
مَنْ أَثْبَتَ لِنَفْسِهِ تَوَاضُعاً فهُوَ المُتَكَبِّرُ حَقاًّ
“Barang siapa merasa paling Tawadhu’ dan rendah diri, maka sesungguhnya dia benar-benar telah takabbur”.
فَمَنْ أَثْبَتَ لِنَفْسِكَ رِفْعَةً فأَنْتَ الْمُتَكَبِّرُ حَقّاً
“Bila anda merasa paling tinggi, maka anda telah termasuk orang yang sombong”.
Seorang murid bertanya: “Wahai Tuan Guru, adakah kejujuran yang tidak baik ?. Sang guru menjawab : ” kejujuran yang tidak baik itu adalah, ketika seseorang bercerita tentang kebaikan di rinya walaupun hal itu sesuai dengan kenyataan yang ada”.
Seseorang yang berbicara, bercerita dan memuji kehebatan dan kemuliaannya, walaupun apa yang disampaikan itu sesuai dengan kenyataan, namun bila tidak hati-hati dan waspada, hal itu akan menimbulkan rasa bangga diri,tinggi hati, ujub, dan sombong.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak sedikit orang yang bangga mengucapkan kata ” AKU atau SAYA ” ketika bercerita tentang kesuksesan dan kehebatan dirinya.
Ketika seseorang mengatakan ” AKU “, biasanya yang timbul dalam hatinya, adalah sifat ego, rasa bangga, ingin pujian dan tinggi hati.
Contoh ini tergambarkan dalam Al Qur’an. Ketika Iblis Laknatullah Alaihi dengan congkak menolak perintah Allah swt. untuk bersujud kepada Adam ‘Alaihis Salam.
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنيِ مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
Iblis menjawab: ” Ya Allah, AKU lebih baik daripada ADAM: Engkau ciptakan AKU dari api, sedang ADAM Engkau ciptakan dari tanah”. ( Q.S. Al A’raf – 12 )
HADIRIN HADANALLAH WAIYYAKUM AJMAIEN
Dalam obrolan sehari-hari, ketika kita rehat di kantor, ketika melepas lelah di kantin dan warung kopi, atau ketika kita menyampaikan pidato dan sambutan-sambutan resmi lainnya , kata “AKU atau SAYA” seringkali meluncur menghiasi setiap obrolan dan ucapan kita.
Bahkan untuk memantapkan dan meyakinkan lawan bicara dan para pendengarnya, kata-kata ” AKU atau SAYA” terkadang terucap berulang kali..
” Kalau bukan karena “AKU” bangunan masjid dan musholla di desa ini tidak akan pernah selesai “., ” Karena jasa “SAYA” karir anda bisa cemerlang”. ” Karena kepemimpinan “AKU” jalan desa dan jalan kampung bisa mulus seperti ini”. Kalau bukan karena “SAYA” rakyat ini tidak akan makmur dan sejahtera seperti sekarang”.
Bila penyakit hati yang diwakili kata ” AKU atau SAYA” tidak disadari, hal ini akan melahirkan individu-individu yang lupa diri dan bangga hati.
Bila penyakit ego ini merasuk dalam diri pemimpin rumah tangga, ia akan selalu merasa paling benar, ia tidak akan sudi anak-anak dan istrinya mengingatkan. Dan apabila virus yang bernama ” AKU ” merasuk dalam diri orang pandai, maka ia akan mengaku paling hebat, paling mulia dan paling suci.
Allah swt. mengingatkan kepada kita :
فَلاَ تُزَكُّوْا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu paling suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”. (Q.S. An Jam – 32)
Dan apabila penyakit ” AKU” menjangkit diri para penguasa, maka ia akan menjadi qorun-qorun dan Fir’un-Fir’un modern, yang mengakunya paling tinggi dan paling berkuasa di jagad raya ini.
فَحَشَرَ فَنَادَى. فَقَالَ أَنَارَبُّكُمُ الأَعْلَى
“Maka Fir’un mengumpulkan para pembesar kerajaan bersama kaumnya”.
Kemudian Fir’aun berkata dengan congkak :”Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”. ( Q.S. An Naaziaat 24-25 )
Apalagi bila penyakit ini merasuk dalam diri pemimpin kita, dia akan terkena virus lupa diri, tinggi hati, gila pujian, ujub dan sombong. Pemimpin seperti ini akan selalu menganggap, bahwa semua keberhasilan dan prestasi yang di raihnya adalah hasil kerja keras dan jerih payahnya. Dia akan lupa kalau ada orang lain yang telah ikut menyumbangkan pikiran, waktu dan tenaganya untuk sebuah keberhasilan itu. Mereka adalah para staf, karyawan dan bawahannya.
Oleh karena itu, bila virus ini telah merasuk dan bersemayam dalam diri seorang pemimpin, maka kita tidak akan pernah mendengar lagi kata penyesalan dan bersalah dari pemimpin itu. Seperti ucapan :
“AKU yang paling bersalah terhadap hancurnya rumah tangga ini “, AKU lah yang bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah pengangguran dan penjualan anak di bawah umur ini”, ” AKU siap mundur karena kegagalanku menekan arus pengiriman tenaga kerja yang tidak berpendidikan ke luar negeri, sehingga mereka menjadi budak dan pemuas nafsu bejat majikan”, ” Hari ini AKU tanggalkan jabatan ini, karena AKU tidak mampu lagi memakmurkan dan mensejahterakan rakyat”, AKU serahkan jabatan ini, karena AKU telah gagal mengurangi prilaku Korupsi, Kolusi, Nepotisme, markus dan kongkalikong yang merajalela hampir pada semua instansi.
HADIRIN YANG DIMULIAKAN ALLAH
Dengan demikian, maka kata ” AKU atau SAYA,” dengan muatan keagungan, pujian dan ketinggian, tidaklah pantas jika sinisbatkan kepada diri sendiri. Dan kata itu hanya pantas bagi Allah SWT. Sang Pencipta semesta alam ini. Allah swt. berfirman :
إِنَّنِي أَنَا الله لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya AKU ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain AKU, Maka sembahlah AKU, dan dirikanlah shalat untuk mengingat AKU.” ( Q.S. Thoha – 14 )
Semakin sering pujian datang, semakin besar potensi kita menjadi terlena, terbuai, besar kepala, dan hilang kendali diri. Mendapat pujian dari manusia adalah manusiawi. Namun, bila datang pujian kepada kita, maka hati-hatilah agar tidak terbuai dengan pujian. Waspadalah, karena pujian adalah topeng dari sisi gelap yang tidak orang lain tahu.
Bila mendapat pujian, berdolah sebagaimana ajaran Rasulullah saw : Ya Allah ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui dariku, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan ( HR. Bukhari )
Khutbah Jum’at: Aku dan kesombongan.
HADIRIN JAMAAH SHOLAT JUM’AT RAHIMAKUMULLAH
Akhirnya, kita berharap dan berdoa semoga Allah swt. senantiasa menjaga apa yang tersembunyi dalam hati kita, dan apa yang kita ucapkan, serta apa yang kita lakukan. Dan semoga Allah swt. menjadikan kita pemimpin yang tawadhu, pemimpin yang cinta dan sayang kepada semua anggota keluarga, pemimpin yang mempunyai empati terhadap masyarakat dan lingkungan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Ya Allah, anugerahkan kepada kami pemimpin yang mampu melihat kami dengan mata hatinya, pemimpin yang mampu membedakan yang hak dan yang batil, pemimpin panutan dan bertabur suri tauladan. Amien.
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ وَأَبْيَنَ النِّظَامِ كَلاَمُ اللهِ الْمَلِكِ اْلعَلاَّمِ ذِي اْلجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي المُهْتَدُوْنَ. أعوذبالله من الشيطان الرجيم : إِنَّنِي أَنَا اللهُ لاَ الَهَ اِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ فَيَافَوْزَ الْمُسْتَغْفِريْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Khutbah Jum’at: Aku dan kesombongan.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ- الحَمْدُ للهِ الْمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ المَعْبُوْدِ بِقُدْرَتِهِ اْلمُطَاعِ بِسُلْطَانِهِ. الْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَالهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ َلهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلَهُ الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلعَالَمِيْنَ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَذُرِّيَّتِهِ أَجْمَعِيْنَ وَتاَبِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ. اما بعده
أُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ َتعَالَى فِى الكِتَابِ الكَرِيْمِ :
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ( العمران 140 )
وَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلٍ : إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صّلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمِّدٍ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مَلاَئِكَتِكَ المُقَرَّبِيْنَ وَأَنْبِيَائَكَ وَالمُرْسَلِيْنَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ أَجْمَعيْنَ وَارْحَمْنَابِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ اغْفِر لِلمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَريْبٌ مِجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِيَ الحَاجَاتِ. اللهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَاوَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَاوَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ. وَجَنِّبْنَاالفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ وَبَارِكْ لَنَافِى أَسْمَاعِنَاوَأَبْصَارِنَاوَقُلُوْبِنَاوَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَااِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. اللهُمَّ أَحْسِنْ اَحْوَالَنَاوَمِمَّايُرضِيْكَ آمَالَنَا وَاخْتِمْ بِالصَّالِحَاتِ اَعْمَالَنَاوَبِالحُسْنَى وَالسَّعَادَةِ آجَالَنَا وَتَوَفَّنَاوَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا. اللَّهُمَّ اَعِزِّ الإِسْلاَمِ وَالمسْلِمِيْنَ وَاَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمشْرِكِيْنَ اَعْدَائِكَ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاَعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.اللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالمسْلِمِيْنَ وَعَافِنَاوَالمسْلِمِيْنَ وَقِنَاشَرَّ الظَّالِمِيْنَ. رَبَّنَاآتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ, اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْاهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ الأَعَزُّ والأَجَلُّ والأَكْبَرُ.اَقِمِ الصَّلاَةَ
Khutbah Jum’at: Aku dan kesombongan.
Alhamdulillah bersyukur sepenuh langit dan bumi serta seluas jagat arasy. Semoga Bapak Kiayi Sahli selaku pengasuh ponpes al-mu’minin & wakil Talqin guru agung Pangersa Abah Aos QS selalu dikuatkan & dimampukan untuk berkarya & berdakwah salah satunya lewat penulisan khutbah Jum’at di website/media sosial. Semoga karya ini menjadi amal yang akan membawa keberkahan untuk semuanya, segalanya dan segalanya. Barokah karomah guru agung Shulton Auliya Fihada Zaman Assayyidi Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul QS, AL-FATIHAH…🤲